Belum lama ini heboh soal tagar #MegaDikudeta pada Kamis (27/10/2022), tagar tersebut dinilai oleh sejumlah politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuanag (PDIP) sebagai politik kotor yang dimainkan oleh lawan politiknya. Tagar tersebut juga mendapat tanggapan oleh mantan ketua dan tokoh PDIP Riau, Kordias Pasaribu SH MSi yang mengatakan hal tersebut percuma karena tidak akan mempengaruhi solidaritas PDIP.
Heboh tagar #MegaDikudeta sempat muncul media twitter dan menjadi tranding. Tagar tersebut muncul pada kamis (27/10/2022) yang berisikan ejekkan dan cibiran kepada Ketua Umum PDI P Hajjah Megawati Soekarnoputri. Selain itu juga dalam tagar tersebut juga tertulis kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi Ketua Umum PDIP di tahun 2024.
“Salah lawan kalau ada pihak mau mengacak-acak kader Banteng pakai tagar itu, nggak berkualitas cara berkompetisinya, bisa dikatakan cara kampungan, pihak yang mau acak-acak PDI Perjuangan itu,” kata Kordias Pasaribu SH, MSi, Minggu (30/10/2022).
Politisi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Provinsi Riau mengungkapkan, berbagai cara kotor dilakukan politisi yang tidak terima atas prestasi yang telah dibuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) selaku kader partai lambang banteng moncong putih membangun Indonesia menjelang pemilu 2024.
Selain itu, ada juga perbuatan untuk mencoba memecah belah solidaritas PDIP denga tujuan untuk memisahkan kader dari kepemimpinan Ketua Umum PDI Megawati Soekarnoputri.
Hal seperti bukanlah yang pertama kalinya terjadi ungkap Wakil Ketua DPRD Riau periode 2014-2019 itu.
“Panggung ini untuk lebih menjelaskan kepada rakyat bagaimana ibu Mega akan membuat keputusan yang lebih mementingkan kepentingan bangsa dan rakyatnya, bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi untuk kelompok atau pun golongan tertentu untuk meraih kekuasaan,” ujar Kordias, Dikutip dari GoRiau.com (31/10/2022)
Baca juga: KPK Ultimatum Kakanwil BPN Riau M Syahrir Menyerahkan Diri
Kordias mengatakan, sosok Hajjah Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDI Perjuangan figur yang sudah terbiasa dan terlatih melewati semua proses masa yang sulit sebagai seorang negarawan. “Perjalanan karir politik ibu Mega sudah teruji, ditempa sejak zaman represif dan kelam orde baru era Soeharto, bahkan disudutkan dengan isu gender sekalipun,” ujar Dias.